Ilman

Ilman

fuja

fuja

Ta'lim wa ta'lum

Ta'lim wa ta'lum

pUi ku..

pUi ku..

E.4115.YA

E.4115.YA

Minggu, 03 Januari 2010

KRITERIA KEPEMIMPINAN

BAB I
PENDAHULUAN


Pemimpin merupakan tugas yang sangat berat, karena seorang pemimpin itu mempunyai tanggungjawab moral yang sangat besar, bukan saja dihadapan manusia atau rakyat yang dipimpinnya, tetapi juga dihadapan Allah Swt. Pemimpin adalah orang yang posisinya didepan dan bertanggungjawab terhadap orang yang dipimpinnya. Secara azasi setiap orang bisa menjadi pemimpin, dan hakekatnya setiap orang itu adalah pemimpin. Sebagaimana sabda nabi Muhammad Saw.

Artinya : “Dari Ibnu Umar r.a, dari Nabi Saw. Bersabda : Ingatlah setiap kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban terhadap apa yang dipimpinya, Pejabat adalah pemimpin bagi rakyatnya dan dia akan dimintai pertnaggungjawabannya, seorang bapak adalah pemimpin bagi keluarganya dan dia akan dimintai pertanggungjawabannya, seorang ibu adalah pemimpin bagi suami dan anak-anaknya dan dia akan dimintai pertanggungjawabannya, dan seorang budak juga pemimpin atas harta majikannya, dan dia akan dimintai pertanggungjawabannya, ingat setiap kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimimpinannya,” (H.R. Bukhori).

Hadist di atas menjelaskan bahwa setiap orang yang menjadi pemimpin akan diminta pertanggungjawabannya dihadapan Allah Swt. Seorang pejabat adalah pemimpin bagi rakyatnya, seorang Bapak pemimpin bagi keluarganya, seorang ibu juga pemimpin dalam rumah tangganya, seorang ulama pemimpin bagi umatnya, dan seorang guru juga adalah pemimpin bagi murid-muridnya. Oleh karena itu setiap individu baik laki-laki maupun perempuan mempunyai peluang untuk menjadi seorang pemimpin.
Dalam Al-Qur’an juga dijealskan tentang pedoman yang menyangkut kriteria seorang pemimpin yang boleh dan yang tidak boleh dipilih. Salah satu yang paling mendasar tentang kriteria yang boleh dijadikan sebagai seorang pemimpin adalah harus orang yang beriman, dan Allah melarang memilih pemimpin orang yang tidak beriman (kafir).


BAB II
KRITERIA SEORANG PEMIMPIN
DALAM PERSFEKTIF AL QUR’AN


A. Arti Pemimpin
Didalam Al Qur’an pemimpin disebut juga khaliah yang artinya pengganti. Sebagaimana Allah berfiman dalam kitab-Nya yaitu surat Al Baqarah ayat 30 :

Dan (Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." ......

Pemimpin sering disebut juga dengan kata “Wali” atau ‘Auliya” yang berarti teman yang akrab, juga berarti pelindung atau penolong. Sebagaimana Firman Allah dalam Al Qur’an surat al maidah ayat 55 :

Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah).(QS. Al Maidah : 55).

Dan masih banyak lagi dalam Al Qur’an maupun hadist kata yang mengandung arti pemimpin, seperti Amir, Sulthan Imam, dll.

B. Cara Memilih Seorang Pemimpin
Pemilihan pemimpin dapat terpenuhi apabila sebagian besar kaum muslimin sepakat atau dengan pencalonan dari kalangan para penasehat negara atau lembaga yang berwenang dalam penyelenggaraan negara seperti Majlis Permusyawaratan Umat, sebagai bentuk aplikasi prinsip permusyawaratan sebagai aturan hukum dalam islam, sebagaimana firmana Allah :

“…..dan urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang kami berikan kepada mereka”. (QS. Asysyura : 38).

Berdasarkan Al Fiqhul Islami Wa’adillathu, Dr. Wahbah Az Zuhaili, jilid 6/hal.699.
Dari ayat tersebut di aats dapat ditafsirkan bahwa cara memilih pemimpin menurut islam adalah dilakukan dengan jalan musyawarah, sebab dengan musyawarah segala urusan akan mudah tercapai.

C. Syarat Seorang Pemimpin
Syarat utama seorang pemimpin berdasarkan ayat-ayat didalam Al Qur’an adalah harus orang yang beriman. Di antaranya dijelaskan dal Al Qur’an :
1. Surat An Nisa Ayat 144

144. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali [368] dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu) ?

[368] wali jamaknya auliyaa: berarti teman yang akrab, juga berarti pelindung atau penolong.

Dalam penjelasan tafsir ini, bahwa Allah Swt. Melarang hamba-hamba-Nya yang mu’min untuk mengambil orang-orang kafir sebagai wali dengan mengesampingkan sesama mu’minnya. Menjadikan merka kawan-kawan dekat, penasehat-penasehatnya, saling cinta mencintai dengan mereka serta membuka rahasia dan hal ikhwal orang mu’min kepada mereka. Allah menegur dengan pertanyaan : “Apakah kamu dengan berkawan dengan orang-orang afir itu hendak memberi alasan nyata kepada Allah untuk menjatuhkan siks-Nya dan azab-Nya kepadamu ? (tafsir Ibnu katsir hal. 587).
Sementara itu, penjelasan dalam tafsir Al Maraghi (hal. 317 – 319), dikatakan bahwa setelah mencela kaum munafik, bahwa orang-orang yang bimbang, tidak mempunyai pendirian, kadang-kadanag bersatu dengan kaum mu’min dan kadang-kadang bersatu dengan kaum kafior, selanjutnya Allah memperingatkan kepada kaum mu’min agar tidak mengikuti perbuatan mereka, dan kaum mu’min yang lemah tidak mengangkat orang-orang kafir menjadi wali dengan mengabaikan orang-orang mu’min, hanya karena mencari kekuatan disisi mereka dan mengharapkan keuntungan.
Penjelasan potongan ayat :

Yang dimaksud wali disini ialah pemberian pertolongan, baik dengan perkataan maupun dengan perbuatan yang mengundang bahaya bagi kaum mu’minin.
Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt, dalam ayat yang lain :

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, Maka Sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.(Al Maidah : 51)

Adapun mempekerjakan kaum Dzimmy didalam pemerintahan Islam adalah tidak dilarang. Para Shahabat Nabi Saw. Pernah mempekerjakan mereka dikantor-kantor amiriyah (keamiran), dan Abu Ishab Ash – Shaby pernah dijadikan Wazir (menteri) dalam pemerintahan Daulah Abbasiyah.



As-Sulthan berarti hujjah dan keterangan Al Mubin berarti yang nyata. Makna ayat, apakah kalian ingin agar Allah mempunyai alasan yang nyata untuk menyiksa kalian, apabila kalian menjadikan mereka sebagai wali dengan mengabaikan kaum mu’minin ? sesungguhnya perbuatan itu hanya dilakukan oleh kaum munafik.



Ad-Darku atau Ad – Daraku berarti tingkatan yang paling rendah dari apda tingkatan yang lainnya. Jika lebih tinggi darinya, maka dinamakan Ad-Darajah. Neraka mempunyai tujuh Darakah (tingkatan). Dikatakan demikian karena tingkatan itu susul menyusul.. Ayat ini mengisyarakan bahwa tempat penyiksaan di akhirat mempunyai tingkatan yang sebagiannya lebih rendah dari pada sebagian yang lain. Sebagaimana halnya surga mempunyai beberapa tingkatan yang sebagiannya lebih tinggi dari pada sebagian yang lainnya.
Kaum munafik ditempatan pada tingkatan neraka yang paling rendah karena mereka merupakan penghuni neraka yang paling jahat. Hal itu disebabkan merkea menyatukan antara kekufuran dengan kemunafikan, disampin menipu rasul dan kaum mu’minin. Maka ruh dan jiwa mereka itu paling rendah. Oleh sebab itu mereka adalah manusia yang paling patut ditempatkan pada tingkatan neraka yang paling rendah.
Adapun kebanyakan dari kaum telah ditutup oleh ketidaktahuannya tentang hakikat tauhid. Mereka disamping beriman kepada Alla, juga menyekutukan-Nya dengan yang lain, seperti berhala dan patung yang mereka mengkiaskan hal itu dengan perlakuan terhadap para raja yang diktator dan para amir yang dzalim.


Kamu sekali-kali tidak akan mendapatkan bagi mereka seorang penolongpun yang akan menyelamatkan mereka dari azab atau meringankannya, lalu mengangkat mereka dari tingkat terendah ke tingkat yang paling atas.

2. Surat Ali Imran Ayat 118

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. sungguh Telah kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya.(QS. Ali Imran : 118)

Ditafsirkan dalam kitab Shofwatut Tfsir (hal. 224) yakni janganlah engkau jadikan orang-orang munafik sebagai teman kepercayaan kalian, menyukai mereka dan kalian perlihatkan kepada mereka segala rahasia kalian, bahkan kalian jadikan mereka tidak akan pernah berhenti membuat kerusakan bagi kalian, mereka juga mengharap agar kalian berada dalam kesulitan dan apa yang dapat menjerumuskan kalian pada bahaya yang besar, sungguh telah jelas tanda-tanda permusuhan mereka terhadap kalian dari hati mereka sampai mereka mengucapkan dengan mulut mereka, padahal yang mereka sembunyikan untuk kalian dalam kebencian lebih banyak dari apa yang mereka nyatakan.
Ibnu katsir menjelaskan : bahwa Allah Swt. Berfirman sambil melarang hamba-hamba-Nya yang beriman dari menjadikan orang-orang munafik menjadi teman kepercayaan, mereka memperlihatkan kepada mereka rahasia mereka dan apa yang mereka sembunyikan untuk musuh-musuh mereka, padahal orang-orang munafik dengan segala kemampuan dan kekuatan mereka, merkea tidak akan berhenti mencelakai orang-orang yang beriman, yakni berusaha untuk menentang mereka dan apa yang dapat membahayakan mereka dengan berbagai kemungkinan, dan dengan kemampuan mereka untuk membuat makar atau tipu daya dan mereka menginginkan apa-apa yang dapat menyulitkan orang-orang yang beriman dan memberatkan mereka.
     

Dari potongan ayat diatas dapat diambil pengertian bahwa Ahlu Adz Dzimmah (Non Muslim yang dalam perlindungan) tidak dipakai dalam tugas pencatatan yang didalamnya terdapat penelitian terhadap kaum muslimi, dan mengamati privasi (kebebasan) urusan mereka yang dikhawatirkan akan mempublikasikannya kepada musuh-musuh dari ahli harb (orang-orang yang memerangi islam), oleh karena itu Allah berfirman dalam lanjutan ayat-Nya.

Yakni orang-orang munafik menyukai perbuatan yang memojokanmu dan memberatkanmu.
Dan dalam potongan ayat selanjutnya.



Yakni telah nampak sekali diwajah-wajah mereka dan ucapan-ucapan mereka suatu permusuhan, begitu juga dengan apa yang tersembunyikan dalam hati-hati mereka dari kebencian dan apa yang tidak tersembunyi bagi yang mengetahuinya lebih besar lagi, oleh karena itu Allah berfirman dalam lanjutan ayat-Nya :

..... telah kami jelaskan tanda-tandanya jika kalian memahami

BAB III
KESIMPULAN


Memilih Pemimpin adalah suatu keharusan yang tidak dapat disanggah lagi bagi setiap mu’min. Baik berdasarkan syari’at Islam maupun berdasarkan logikal akal sehat, agar tidak dikuasai oleh orang-orang yang tidak beriman kepada Allah Swt. Dan rasul-Nya. Karena Allah Swt. Secara tegas melarang orang-orang yang beriman mengankat atau mengambil orang-orang yang tidak beriman (kafir) untuk tidak dijadikan sebagai pemimpin dan wali bagi orang-orang yang beriman.

??????????Wa Allahu ‘Alam Bil Muradihi??????????

Tidak ada komentar:

Posting Komentar